Minggu, 28 April 2013

Christina Perri - Distance

The sun is filling up the room, and I can hear you dreaming.
Do you feel the way I do? Right now.
I wish we would just give up, 'cause the best part is falling.
Call it anything but love.
And I will make sure to keep my distance.
Say I love you when you're not listening.
And how long can we keep this up, up, up?

Please don't stand so close to me; I'm having trouble breathing.
I'm afraid of what you'll see right now.
I give you everything I am, all my broken heartbeats, until I know you'll understand.
And I will make sure to keep my distance.
Say I love you when you're not listening.
And how long can we keep this up, up, up?

And I keep waiting for you to take me.
You keep waiting to save what we have.

So I'll make sure to keep my distance.
Say I love you when you're not listening.
And how long can we keep this up, up, up?

Make sure to keep my distance.!
Say I love you when you're not listening.
How long 'till we call this love, love, love?

Rihanna - Diamonds

Shine Bright like a Diamond (2x)

Find light in the beautiful sea
I choose to be happy
You and I, you and I
We're like diamonds in the sky

You're a shooting star I see
A vision of ecstasy
When you hold me, I'm alive
We're like diamonds in the sky

I knew that we'd become one right away
Oh right away
At first sight I felt the energy of sun rays
I saw the life inside your eyes

So shine bright, tonight you and I
We're beautiful like diamonds in the sky
Eye to eye, so alive
We're beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond (3x)
We're beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond (3x)
We're beautiful like diamonds in the sky

Palms rise to the universe
As we moonshine and molly
Feel the warmth we'll never die
We're like diamonds in the sky

You're a shooting star I see
A vision of ecstasy
When you hold me, I'm alive
We're like diamonds in the sky

At first sight I felt the energy of sun rays
I saw the life inside your eyes

So shine bright, tonight you and I
We're beautiful like diamonds in the sky
Eye to eye, so alive
We're beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond (3x)
We're beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond (3x)
We're beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond (3x)

So shine bright, tonight you and I
We're beautiful like diamonds in the sky
Eye to eye, so alive
We're beautiful like diamonds in the sky

Shine bright like a diamond (3x)
Woah... oh... yeah...

Shine bright like a diamond (4x)

One Direction - More Than This

I'm broken
Do you hear me
I'm blinded
Cause you are everything I see
I'm dancing, alone
I'm praying
That your heart will just turn around

And as I walk up to your door
My eye turns to face the floor
Cause I can't look you in the eyes and say

When he open his arms
And holds you close tonight
It just won't feel right
Cause I can love you more than this, yeah
When he lays you down, I might just die inside
It just don't feel right
Cause I can love you more than this
Can love you more than this

If I'm louder
Would you see me?
Would you lay down in my arms and rescue me?
Cause we are, the same
You saved me, but when you leave it's gone again
And then I see you on the street
In his arms, I get weak
My body fails I'm on my knees
Praying

When he open his arms
And holds you close tonight
It just won't feel right
Cause I can love you more than this, yeah
When he lays you down, I might just die inside
It just don't feel right
Cause I can love you more than this

Yeah
I've never had the words to say
But now I'm asking you to stay
For a little while inside my arms
And as you close your eyes tonight
I pray that you will see the light
That's shining from the stars above

When he open his arms
And holds you close tonight
It just won't feel right
Cause I can't love you more than this
Cause I can't love you more than this

When he lays you down, I might just die inside
It just don't feel right
Cause I can't love you more than this, yeah

When he open his arms
And holds you close tonight
It just won't feel right
Cause I can't love you more than this

When he lays you down, I might just die inside
It just don't feel right
Cause I can't love you more than this
Can love you more than this

Rabu, 30 Januari 2013



Khasiat Lidah Buaya
              Lidah buaya merupakan tumbuhan asal dari Afrika yang memiliki nama latin Aloe Vera. Lidah buaya memang terkenal banyak manfaat dan khasiatnya, terutama bagi rambut, kulit, serta untuk kecantikan tubuh. Khasiat lidah buaya untuk pengobatan dan kecantikan sudah dikenal sejak zaman Mesir kuno ribuan tahun lalu. Ratu Cleopatra yang terkenal dengan kecantikannya dipercaya menggunakan tanaman ini agar tetap terlihat cantik.
tumbuhan lidah buaya
Beberapa Bagian dari Lidah Buaya yang dapat dimanfaatkan :
- Bagian pelapis daun dapat digunakan langsung untuk pemeliharaan kulit, baik secara manual maupun setelah diolah dalam bentuk ekstrak.
- Eksudat atau getah daun yang keluar bila daun dipotong bisa digunakan untuk pemeliharaan rambut dan penyembuhan luka. Keluhan bisul, sariawan, ruam, gigitan serangga, bahkan jerawat dan noda hitam di wajah dapat diobati cukup dengan mengoleskan lendir lidah buaya.
- Gel atau bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan, bersifat mendinginkan dan menyamankan.

            Manfaat Lidah Buaya untuk rambut:
Lidah buaya terkenal untuk membuat rambut menjadi lembut sehingga rambut menjadi indah. Mungkin manfaat ini sudah kita dengar sejak kecil, kita sering dianjurkan menggunakan lidah buaya agar rambut indah. Itulah sebabnya banyak shampo yang menggunakan ekstrak lidah buaya dalam produknya. Manfaat ini didapat dari kandungan glyco protein. Bila Anda memiliki tanaman ini di rumah, Anda dapat memanfaatkannya dengan cara mengupas kulitnya kemudian menggosokkan bagian dagingnya ke kulit kepala dan rambut agar rambut menjadi subur dan indah.

            Manfaat Lidah Buaya untuk kelembapan kulit:
Lignin merupakan kandungan yang terdapat di dalam daun lidah buaya yang berguna untuk menjaga kelembapan kulit sehingga kulit tidak menjadi kering dan terjaga elastisitasnya, juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya alergi kulit pada pemakainya. Ditambah dengan kandungan antrakuinon dan asam amino yang akan sangat berguna bagi kulit karena membantu kulit untuk segera memperbarui diri untuk menghasilkan sel-sel baru dan dapat menghilangkan sel kulit mati. Daging dari daun lidah buaya ini juga memiliki tingkat keasaman yang sama dengan yang dimiliki manusia dan mampu meresap dengan baik ke dalam tubuh juga memiliki kandungan saponin yang dapat berfungsi sebagai anti bakteri dan anti jamur. Penggunaan secara teratur dapat membuat kulit Anda sehat dan tampak cantik berseri. Anda juga dapat memanfaatkan aloe vera sebagai masker wajah, karena juga mengandung antioksidan yang mencegah penuaan dini.
              Efek dingin dari jelly lidah buaya dapat menjadi pertolongan pertama saat Anda menderita luka bakar atau tersiram air panas. Dapat pula dimanfaatkan untuk kulit yang perih akibat sengatan matahari yang berlebih. Cukup tempelkan daging lidah buaya pada daerah yang terluka. Rasa dingin yang dihasilkan dari lidah buaya akan membantu proses penyembuhan.

              Manfaat Lidah Buaya untuk menghilangkan ketombe:
              Kandungan yang terdapat pada lidah buaya serta manfaat/khasiat lidah buaya bisa untuk segala penyakit termasuk masalah ketombe. Lidah buaya kaya akan karbohidrat, vitamin mineral, ezim, hormon, dll, sedangkan untuk zat golongan obat. Antara lain antibiotik, antiseptik, antibakteri, dan lain lain.
            Caranya: kupas daun lidah buaya sampai sisa bagian dalamnya yang berwarna transparan, lalu oleskan pada kepala sampai rata, Diamkan hingga 10 menit kemudian bersihkan dengan sampo lembut, manfaat lidah buaya tidak hanya untuk ketombe tapi juga bisa menyuburkan rambut dan membuat rambut sehat.



Rabu, 16 Januari 2013

Tuhan Itu Satu



Assalamua'alaikum

Nice to Read.....
Good article to share with all of you

Burung Besi

Setelah Papa lulus dari sekolah penerbangan Perancis, beliau menikah dengan mamaku. Papa seorang kulit hitam, namanya Charles Jacquet,  mamaku seorangkulit putih, namanya Isabell Louvrett. Keluargaku cukup demokratis, oleh karena itu, bagi Papa, pernikahan tidak memandang perbedaan kulit.
Cara berpikir itu pula yang mendorong Papa untuk pindah ke Amerika. Baginya dunia itu luas, di manapun kita berada, asal mau berusaha, pasti kita menjadi seseorang. Oleh karena itu kami pindah ke Portland. Papa ditawari  menjadi penerbang di suatu perusahaan. Di sana beliau menjadi Pilot  pesawat Air Bus dan menerbangkan pesawat ke banyak wilayah di Amerika.

Papa mempunyai sebuah cita-cita. Ada sebuah pesawat yang sangat  dicintainya. Kecepatannnya luar biasa, mach2, selain itu bodinya  sempurna. Pesawat kebanggaan Amerika ini menjadi cita-cita papaku.
Namanya F-16. "Voir ma dear, lihat sayang," Ujar Papa suatu kali di pangkalan pesawat terbang, tempatnya bekerja. Beliau menunjuk ke sebuah pesawat indah.Itulah F-16. "Suatu hari, Papa akan menaikinya, begitu pula dengan Mama dan kamu ma pouppette."
Saat itulah aku tahu, betapa tingginya cita-cita Papa. Beliau bukan berasal sekolah militer, dan bukan warga negara asli Amerika. Hampir tidak mungkin baginya untuk menjadi anggota AU Amerika. Tapi cita-cita itu tetap
dipegangnya dengan teguh dalam hati. Ya, cita-cita indah tentang menaiki burung besi yang bagaikan seekor rajawali.Tujuh tahun telah berlalu sejak kepindahan kami. Usiaku sudah 12 tahun. Papa kini menjadi salah
satu pegawai yng disegani di perusahaannya. Mama juga meneruskan kuliahnya, dia mengambil jurusan sastra Perancis. Jelas terlihat pada dirinya, betapa
ia masih mencintai Perancis. Di rumah pun, bahasa Inggris masih terbatas pemakaiannya. Hampir sepanjang hari mama berbicara dengan bahasa Perancis.
Terkadang kalau kami bepergian dengan taksi, mama suka tiba-tiba berkata, "Conduisez-moi a...ups, I mean, take me to..."
Kalau sudah begitu, papa dan aku hanya bisa tertawa kecil.
Teman-temanku di sekolah pun cukup heran dengan keberagaman keluargaku.
Apalagi kalau ada pertemuan orangtua murid di sekolah. Guru-guruku selalu memanggil nama mamaku bekali-kali, padahal beliau sudah ada di hadapan mereka. Maklum, kulitku hitam seperti Papa, walaupun mataku biru seperti
mama. Tapi ini semua membuatku bangga. Tidak semua anak beruntung sepertiku. Ya, kan?

Segala sesuatunya berjalan normal, Papa bekerja, Mama kuliah, dan aku sekolah. Tapi suatu hari, sesuatu yang benar-benar merubah kami sekeluarga.  " Jai faim, Mama. Saya lapar, Mama," ujarku kepada Mama ketika tiba-tiba  Papa masuk tanpa mengetuk pintu dahulu. Karena Papa
baru pulang setelah seminggu penuh bekerja, aku segera berlari menujunya, biasanya, Papa akan langsung menggendongku sambil mengajakku bercanda. Tapi hari itu, dia hanya mengelus kepalaku, sambil tersenyum, dalam sekali. Lalu, tanpa basa-basi,  Papa memeluk Mama, dan mulai menangis, pelan. Saat itu,
pertama kalinya  aku melihat laki-laki yang paling kubanggakan menangis seperti itu. Saat itu,  aku hanya memandangi, dan tidak tahu apa yang terjadi .Ketika
melihatku,Mama segera berkata, "Aller pour tranguille, dear, I'll bring your dinner, in  a few minutes, okay?" ujar Mama lembut. Aku lalu naik ke atas dengan
perasaan bingung. Selama 3 jam Mama dan Papa ngobrol di bawah, sepertinya menggunakan bahasa Perancis yang "complicated" sekali. Perutku yang lapar tidak terasa lagi, aku hanya ingin tahu, ada apa di bawah sana.
Esok paginya aku terbangun. Rupanya semalam aku ketiduran. Cepat-cepat aku turun ke bawah. Hari ini hari Sabtu, sekolah libur. Begitu sampai di bawah,sudah ada Papa dan Mama menunggu di meja makan. Wajah mereka cerah sekali, bahkan jauh lebih tenang dari biasanya. Seperti ada jiwa baru di mata mereka yang membuat segala sesuatunya lebih baik. "Bonjour, ma
pouppete," Ujar Papa sambil menenggak kopi hangatnya. "How's your  sleep dear? Waktu mama ke kamarku semalam, kamu sudah tertidur. Jadi, pagi ini ada masakan istimewa, omelet kesukaanmu." Keduanya  tampak
berseri. Tapi kebingunganku, belum juga reda. Papa melihat itu,  lalu  menyuruhku duduk di dekatnya.

"Siapa Tuhanmu, Anna?" Pertanyaan Papa yang aneh dan tidak biasa itu mengejutkanku. Papa belum pernah bertanya seperti itu, bahkan menyinggung-nyinggung hal itu pun jarang. Iya, kami merayakan natal setiap tahun, seperti orang lain. Setiap Paskah selalu ada ayam kalkun di meja makan. Terkadang kami ke gereja, di rumahku juga ada Bible. Tapi  mempelajarinya? Membukanya pun, hanya pada saat-saat khusus itu. Papa, atau Mama, yang memang sangat demokratis, benar-benar tidak peduli tentang itu.  Aku pun tidak, selama kami bahagia, itu sudah cukup. Tapi kujawab juga pertanyaan papa, sepanjang pengetahuanku. "Yesus, Papa," Jawabku.
"Lalu bagaimana dengan Tuhan Bapa?" Pertanyaan Papa benar-benar  membingungkanku."D-Dia juga, Papa," jawabku ragu "Lalu, Roh Kudus?" Hatiku gelisah, apa maksudmu Papa?
"Iya! Dia juga Tuhan!"
"Lalu, ada berapa Tuhan kalau begitu?" Aku teringat kata pastur yang masih membingungkanku sampai sekarang."Semuanya satu Papa, hanya satu!"
"Kamu yakin Anna? Apa tiga sama dengan satu?" Aku terdiam. Aku gelisah dan heran, apa maksud papa bertanya seperti ini. Lalu Papa merubah pertanyaannya.

"Menurutmu, kalau ada, misalnya, dua yang sempurna, diberi kesempatan untuk menguasai dunia, apa yang mereka lakukan?" Tanya Papa.

"Bi-bisa saja mereka berebut atau bekerja sama, Papa," jawabku.
"Misalnya mereka bekerja sama, dan yang satu tidak setuju dengan yang lainnya apa yang bakal terjadi?"
"Me-mereka akan bertengkar Papa."
"Tepat, my little, pouppete, satu lagi kalaupun mereka bekerja sama bukanlah pola pikir mereka sama, sehingga dalam menciptakan sesuatupun sama. Apakah perlu dua orang kalau begitu?" tanya Papa.
"Tidak Papa, satupun cukup." Papa lalu tersenyum mendengar ucapanku.
"Kalau begitu, apa perlu Tuhan yang banyak?" Aku terdiam. Jauh di dalam hatiku seperti ada sinar terang. Ya, aku memang baru berumur dua belas tahun, tapi perasaan itu benar-benar terasa di dalam hatiku.

"Tidak Papa, cukup satu," jawabku mantap. Tiba-tiba air mata Papa tumpah,Mama juga. Dengan suara bergetar, Papa bertanya."Terakhir dear, apa kamu percaya Tuhan?" Saat itu, bagaikan sekelilingku  benar-benar sunyi
senyap. Aku teringat betapa indah semua pertanyaan  yang pernah kualami. Melihat bintang-bintang di planetarium, alam Perancis yang  luar biasa, bukan hanya itu, segala sesuatu yang pernah kulihat selama  ini
Pasti ada yang membuat. Di pelajaran Biologi di sekolah, benda hidup tidak mungkin berasal dari benda mati. Kalau begitu, pasti segala sesuatu ini ada yang meciptakan, dan itu adalah...
"Ya, Papa. I believe in God." Kedua orang tuaku tesenyum. Damai sekali.Tanpa sadar aku menitikan air mata, seperti aku baru terbangun dari mimpi panjang , dan pertama kali melihat cahaya. Rupanya ini yang membuat Papa
menangis.
Kembalinya keyakinan dalam dirinya. Ya, Papa telah menemukan Tuhannya.
Dan kini aku ingin mengetahuinya.
"Allah, Tuhan kita, Anna." Perlahan Papa mulai bercerita," Papa menemukan  Dia saat mendengar seorang teman Papa, muslim yang membaca kitabnya  dengan bahasa yang asing sekali bagi Papa. Tapi hati Papa bergetar, walau tidak tahu artinya, hati Papa benar-benar tergetar. Saat Papa menanyakan artinya, teman Papa menjawab, 'Sesungguhnya bumi Allah itu luas, dan rezeki Allah berlimpah di mana-mana'. Papa kaget. Itu prinsip hidup
Papa selama ini! Papa tidak menyangka, prinsip hidup Papa yang selama ini banyak ditentang, ada di suatu kitab. Apa itu kebenaran? Lalu papa meminta teman Papa membacakannya ayat-ayat lain, dan hati Papa seperti disiram air sejuk."
"Anna, Mama pun merasakan itu. Tadi malam Papamu menceritakan semuanya.

Inilah yang Mama belum dapatkan selama ini. Islam! Menyembah Tuhan yang satu! Inilah jalan hidup yang Mama dan Papa cari. Bertahun-tahun, ya kau tahu sendiri Anna, hidup bahagia, tapi hati penuh kegelisahan. Dan
kini,hanya dengan sepotong ayat saja, Papa dan Mama merasakan hidup yang sebenarnya. Anna, kau masih kecil, kami tidak memaksamu, tapi apa kau merasakan sesuatu? Coba rasakan di dasar hatimu, my little pouppete."
Aku tidak bisa berkata, tapi kepalaku kuanggukan. Dengan penuh keyakinan.  Ya, aku masih kecil, tapi aku sudah merasakannya, getaran itu  benar-benar menggema ke seluruh tubuhku.
Pagi itu, sarapan kami terasa penuh makna. Seperti ruang-ruang kosong di relung hati, terisi sedikit demi sedikit. Bahkan sinar matahari pun terasa lebih jauh-lebih rendah.
***
Hari itu juga, kami ke rumah teman Papa, Mr.Ahmad Brown, dia sudah masuk Islam selama lima tahun. Dia Angkatan Udara Amerika Serikat yang  sedang cuti. Papa bilang, di AU, perkembangan Islam sangat pesat. Terutama dari golongan orang kulit hitam.
Papa memiliki banyak kenalan dari AU, karena-seperti yang kalian
tahu-kecintaannya pada pesawat F-16. Rupanya Papa mencuri-curi tahu ke mana saja pesawat itu berdinas, bagaimana onderdilnya, dan banyak lagi.

Kami bertiga diajak oleh teman Papa ke sebuah masjid sederhana diPortland. Tempat ini merupakan salah satu tempat syiar Islam yang masih jarang ditemukan di Portland. Kami bertiga masuk ke dalam dan
melihat beberapa orang sedang sujud, membaca kitab, atau bergumam-gumam. Wajah mereka tenang sekali. Beberapa adalah orang Amerika asli, atau juga berkulit hitam seperti  Papa. Tapi yang paling banyak adalah orang Asia. Teman Papa lalu  mengajak kami bertemu pemimpin agama, pastur kalau di Kristen. Lalu secara sederhana,  saat Papa minta diislamkan, dengan mata yang berkaca-kaca, dia menyuruh  kami mengikuti perkataannya, "Asyhadu anla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, I witness that there is no God except Allah, and I witness that Muhammad is his messenger." Singkat, tanpa perlu ritual berlebihan. Beliau lalu memberikan kami masing-masing sebuah kitab.

"This is Koran. Bacalah, pelajari. Tidak usah terlalu di buru. Ini jugasebuah kitab fiqih untuk mempelajari Islam, banyak buku yang bisa kalian pinjam dan pelajari, dan kami semua siap membantu. Apa saja. Bersabarlah, remember, Actually God is with whom is patient."
***
Kami sekeluarga perlahan-lahan mulai mempelajari Islam. Setiap habis Maghrib, selama satu jam sampai waktu Isya' kami belajar membaca Al-Qur'an.  Kalau Papa pergi tugas, istri Mr. Ahmad yang membantu. Islam perlahan-lahan mulai menjadi tiang penyangga hidup kami.
***

Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Terutama bagi Mama. Beliau mulai memakai kerudung. Dan pakaiannya, benar-benar mencerminkan muslimah.
Tapi, teman-teman di kampusnya mulai menjauhinya. Hanya beberapa yang, yang benar-benar demokratis mau berteman dengannya. Untunglah, teman-teman
muslimah bertambah banyak. Sehingga Mama tidak merasa sendiri.  Tapi ada satu hal yang terberat. Saat Mama menceritakan keislamannya  kepada orangtuanya, Grandma terutama, marah besar. Saat mama berbicara
ditelpon, air matanya tumpah. Lalu tiba-tiba ia diam, kemudian memanggil-manggil,
"Mama, oh Mama, mama." Teleponnya diputuskan. Mama hanya bisa bersandar didada Papa sambil menangis. Papa terus berkata, "Actually God is with whom is patient, Ma Cherie. He is. He is.

Di sekolah, teman-temanku tetap bersikap baik. Bahkan mereka suka bertanya yang aneh-aneh. Seperti, "Dalam Islam, ada Santa Klausnya, nggak?" atau "Wah, asik dong. Kamu ngak usah ke gereja lagi tiap minggu." Dan banyak komentar lagi komentar lain. Sekolahku memang
multi etnik, dan sangat liberal. Selama tidak mengganggu mereka, semua akan seperti biasa saja. Walaupun ada juga orangtua atau guru yang sinis, hal itu tidak kupedulikan. Mereka saja yang berpikir terlalu sempit.
***

Setahun berlalu, tiba-tiba di negara bagian ini muncul desas-desus mengerikan. Kabarnya orang-orang kulit hitam banyak yang tiba-tiba menghilang. Banyak yang mengatakan bahwa mereka menjadi korban
penculikan  sekte-sekte fanatik ras kulit putih. Polisi, FBI, sudah diturunkan ke berbagai kota, tapi hasilnya secara konkret belum juga muncul. Papa sangat khawatir.
"Isabell, aku akan cuti. Atasanku memaklumi. Lagipula aku belum mengambil cutiku yang sebulan. Dan kini, tugasku untuk menjaga kalian. Setidak-tidaknya sampai keadaan mereda.  Oke? J'etaime I don't want to
lose you."  Situasi benar-benar gawat. Sudah beberapa mayat yang hilang yang ditemukan,dengan kondisi memilukan. Para maniak itu bahkan selalu
meninggalkan pesan mengerikan, bahwa tidak jarang jorok, 'Die you Negros!, atau 'Pig's skin ever better than your!" dan banyak lagi. Perlindungan bagi kaum kulit
hitam dari Harlem. Kemarin, mayat seorang pastur kulit hitam ditemukan. Aku khawatir dengan Papa. " Don't worry ma pouppete. Allah with us. Kita harus berani, dan
selalu waspada. Okay?"
Sampai hari itu. Hari dimana semua kebahagiaanku direnggut. Papa sedang berkendara dari kota. Kami sedang dalam pejalanan pulang. Karena ada pemblokiran jalan, kami terpaksa lewat jalan kecil. Malam itu sepi
sekali.Tiba-tiba di tengah jalan, tedengar bunyi tembakan. Papa cepat-cepat mengerem. Ternyata ban kami pecah. Lalu, muncul orang-orang bertudung putih, berjalan mendekat sambil membawa obor dan senjata. Pakaian mereka putih,dengan lambang salib terbalik. Aku ketakutan, Mama juga, tapi Papa memegang tangan kami sambil teus berkata, "Ingat, apapun yang terjadi,
Allah selalu bersama kita, Macherie."
Mereka menyuruh kami turun dari mobil. Kalau tidak, mereka mengancam kepala kami akan ditembak. Papa menurut. Lalu kami digiring ke dalam hutan, perjalanannya cukup jauh, aku ingin menangis, tapi aku percaya, aku
harus kuat. Kami tiba di sebuah lapangan luas. Di sana ada lebih banyak lagi orang-orang bertudung putih. Mereka beteriak kasar, bersorak-sorai, sambil membakar
kayu-kayu.  Pandanganku lalu tertuju ke sebuah penjara kayu. Panjang, dan didalamnya,banyak orang kulit hitam! Kami didorong ke sana. Tiba-tiba Mamaku ditarik lengannya."Lepaskan istriku!" Papa coba berontak. Mama berusaha untuk lepas, tapi sia-sia. Orang tiba-tiba berkata.
"Wanita ini seorang kulit putih. Tapi lihat! Keluarganya Negro, cih,  menjijikan! Tubuhnya sudah ternoda oleh si hitam itu! Negro hina! Dan, apa ini?" Ujarnya sambil menarik kerudung Mama, "Ini benda yang dipakai
wanita-wanita Islam itu. Cih! Ini lebih hina lagi. Tidak ada
pantas-pantasnya, bahkan untuk di muka bumi ini! Mau apakan dia?"
Ujarnya sambil berteriak keras.  "Bakar! Bakar! Bakar!" orang-orang itu muali menjadi liar. Lalu orang  tadi berkata lagi, "Semua ingin kau bakar. Tapi demi ras kulit putih kita, kuberi kau  kesempatan. Tinggalkan keluargamu, juga Islammu. Kau akan kami bebaskan, setuju?" Papa tiba-tiba berteriak. "Isabell! Lakukan! Lebih baik seorang dari kita selamat! Lakukan!
Lakukan!" Tepat setelah itu. Kulihat mata biru mama dengan penuh keyakinan menatap tajam kepada orang itu, lalu berkata.
"Aku tidak akan melepaskan agamaku walaupun kulitku lepas dari dagingnya. Dan aku tidak akan meninggalkan keluargaku, walau nyawa taruhannya!" Orang itu gemetar, lalu memerintahkan orang-orangnya untuk mengurung mamaku juga. Kami dilempar ke dalam, bersama orang-orang kulit hitam lainnya. Tubuh mereka kurus sekali, badannya penuh luka. Banyak juga wanita dan
anak-anak  seusiaku. Beberapa tampak berasal dari keluarga miskin, tapi ada juga  yang berada sepertiku. Seorang laki-laki tiba-tiba berbicara kepadaku.
"Hari ini mereka akan membunuh lima orang dari kita." Lalu anak lain menyahut.
"Lalu, mayatnya dibawa entah kemana...seperti ayahku," gadis kecil itu menerangkan, lalu menangis. Mamaku lalu memeluknya dan bertanya."Tidak adakah yang bisa kita lakukan?"  Tiba-tiba seorang berbisik kepada Papa. Papa mengangguk, sebentar  wajahnya tenang, lalu pucat sekejap dan tenang kembali. Ada apa, Papa? Papa mendekat kepadaku dan Mama, lalu berkata pelan.  "Mereka telah mematahkan sala satu dari kayunya. Akan cukup bagi  anak-anak dan wanita untuk keluar. Anna, kamu seorang pandu di sekolah, bawa mereka ke tempat pemblokiran polisi tadi, Isabell, kau jaga para wanita dan
anak-anak ini. Okay?" belum sempat aku membantah, Mama cepat-cepat memotong sambil  memegang kedua tangan Papa.  "Charles, bagaimana denganmu?
Bagaimana kau keluar? Aku tidak mau  pergi sendiri!" Air mata mama mulai tumpah, Papa memandangku dengan sangat dalam.Lalu Mama jatuh ke pelukan Papa, menangis sambil mengucap nama Allah.  Aku menyelinap masuk di antara mereka, dan ikut menangis.
***

"Ayo saatnya sudah tiba. Anna, bawa anak-anak keluar, juga para wanita. Depechez vous! Cepatlah! Mumpung mereka sedang tertidur, Papa dan lainnya akan menahan mereka dari sini! Cepat lari!" Setelah semuanya keluar, aku kembali ke Papa. Tidak, tidak mungkin aku meninggalkan Papa. Tepat saat semuanya berjalan sempurna, tepat saat kami menemukan kehidupan di
jalan yang lurus. Aku tidak rela, Papaku yang kucinta. Sang Pilot yang kukagumi. Ma Papa. "Ayolah Anna. Yang lain membutuhkanmu."  "Tapi Papa, kenapa harus begini? Tidak Papa! Tidak!"  "Chest-la-vie. Kamu harus
tabah, ma pouppet. Kalau Papa memang harus  pergi
bukankah Papa akan pegi ke tempat yang lebih baik? Ke sisi Allah. Prier to  Dieau. Kita akan bertemu lagi, Okay?" Papa lalu mencium keningku, lama,

sampai kurasakan air matanya mengalir di keningku.
"Come on, Anna dear," Mama memanggilku. Dia Lalu mematap lekat kepadaku Papa." A toute a I'huere. I'll be missing you," Lama sekali keduanya  bertatapan, lalu dengan lembut Papa mencium kening Mama. Dan berkata
berkali-kali. "J'etaime macherie. J'etaime. J'etaime Isabell, J'etaime Anna. J'etaime..."  Lalu perlahan dilepaskannya pegangannya," Allez vous-en! Lari sejauh
mungkin. Ingat pesan Papa, jaga Mamamu!"

"Soyez tranguille I will Papa, I will." Perlahan aku keluar, Mama memegangiku. Tiba-tiba salah seorang dari mereka melihat kami. Kami bergegas.
"Noubliez pas, Anna, 'Asyhaduanla ilaha....."
"Illallah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah..." Aku dan Mama membalas,lalu kami pergi. Para penjahat itu mulai berkumpul.  "Ingat cita-cita Papa, pouppete, F-16 burung besi kecintaan Papa.  Wujudkan cita-cita Papa, Noubliez pas! J'etaime, J'etaime Isabell,  J'etaime
Anna!"
"J'etaime Papa! J'etaime"
"J'etaime Charles! J'etaime Mama dan aku lalu pergi berlari. Aku memimpin mengikuti arah bintang, semak-semak belukar yang melukai kakiku, tidak  kuingat lagi. Pardoner Papa!
Aku tidak ingat lagi ketika tiba di tempat pemblokiran polisi bagaimana kami menjelaskan kejadiannya, lalu masuk ke hutan dengan polisi. Aku tidak ingat bagaimana para biadab itu terkepung. Aku bermimpi, di suatu tempat,
putih, dan halus. Papa!

"Wonderful ma pouppete. Kau berhasil. Sekarang jaga mamamu. Papa akan  ke tempat yang akan berkumpul bersama lagi. N'oubliez pas! God is with whom is patient! Wujudkan cita-cita Papa. Goodbye ma pouppete! Lalu
sosok Papa menghilang, pandanganku berputar, lalu aku terbangun. Wajah yang saat itu aku lihat, Mama!
"Oh, Anna. Anna, be patient. Papa is gone. He's with Lord Now." Mama lalu memelukku erat.
"Kami berterima kasih," tiba-tiba seorang berkulit hitam berbicara. Wajahnya sedih sekali," Papamu telah menyelamatkan hidupku. Dia melindungiku
dari  tembakan biadab-biadab itu. Papamu tidak menderita, dia pergi dengan  senyum di wajahnya. Dia teus mengucap 'Allah...Allah', dan dia sempat
meninggalkan pesan untukmu," Anna, ma pouppete, jaga mamamu. Ingat cita-cita Papa.
Preir to Dioer, J'etaime..." aku menangis, Mama juga. Papa kini telah pergi, tapi ke tempat yang lebih baik. Sampai aku juga kesana. Wait for me, Papa.  I'll make your dreams come true. J'etamine..
***
Papa mendapat gelar kehormatan dari pemerintah AS. Hidup Mama dan aku mendapat tunjangan, dan aku mendapat beasiswa. Aku melanjutkan ke sekolah militer. Mama, dengan tabah, membangun kembali dirinya. Beliau
mengajar sastra Perancis di universitas-universitas Portland dan Seattle. Mama juga aktif mendakwahkan Islam di berbagai tempat. Perlahan kami membangun kembali keluarga kami, grandma bahkan memaafkan mama dan memutuskan untuk pindah ke Amerika untuk membantu Mama. Namun dengan hakus Mama menolak.
Katanya, "I can raise my own child, trust me momm."
***
Mesin pesawat berbunyi halus. Sayap F-16 yang kokoh ini membawaku terbang ke angkasa. Hari ini, Anna Marie Fatimah Jacquet, penerbang muslimat pertama, mewujudkan cita-cita Papa. Terus membumbung tinggi ke langit yang dicintai Papa. A'toute a I'houre Papa. Sampai kita bertemu kembali....

Keterangan:
N'oubliez pas: jangan lupa
Soyez tranguille: jangan khawatir
Allez vouz-en: larilah
A'toute I'heure: selamat tinggal
J'etaime aku mencintaimu
Chest la vie: inilah hidup
Aller puor tranguille: pergilah ke kamar
Harlem: tempat perkampungan orang-orang negro

Wassalamu’alaikum

Proklamasi

Radio dan Sejarah Proklamasi

Tahukah anda bahwa rekaman pembacaan naskah proklamasi oleh Bung Karno, yang hingga kini bisa kita dengar di Monas dan juga banyak beredar di internet itu, tidak direkam pada tanggal 17 Agustus 1945 ? Tahukah anda bahwa kabar tentang proklamasi yang pertama kali disiarkan melalui radio ke seluruh dunia tidak keluar dari mulut Bung Karno langsung?

Ya inilah kepingan sejarah kemerdekaan Indonesia yang melibatkan satu nama yang sangat penting dalam sejarah dunia radio siaran di Indonesia. Beliau adalah almarhum Muhammad Jusuf Ronodipuro, salah seorang pendiri Radio Republik Indonesia (RRI), bahkan yang pertama mengeluarkan slogan : “Sekali di Udara Tetap di Udara!”.

Berikut beberapa informasi tentang peran beliau di masa kemerdekaan Indonesia yang saya sarikan dari berbagai sumber (lihat tautan terkait di akhir artikel ini).

~~~

KABAR TENTANG PROKLAMASI

Banyak orang -ya paling tidak saya- berpikir bahwa  suara Bung Karno membacakan proklamasi itu mengudara juga di radio pada hari yang sama saat Indonesia merdeka. Ternyata bukan begitu ceritanya.

Jumat, 17 Agustus 1945, sekitar jam 17:30 WIB. Saat itu  Pak Jusuf sedang berada di kantornya, Hoso Kyoku (Radio Militer Jepang di Jakarta). Tiba-tiba muncullah Syahruddin, seorang pewarta dari kantor berita Jepang Domei dengan tergesa-gesa. (Catatan: Pak Jusuf sempat meralat kebenaran berita bahwa yang datang itu adalah sejarawan Des Alwi). Syahruddin yang masuk ke kantor Hoso Kyoku dengan melompati pagar itu menyerahkan selembar kertas dari Adam Malik yang isinya “Harap berita terlampir disiarkan”. Berita yang dimaksud adalah Naskah Proklamasi yang telah dibacakan Bung Karno jam 10 pagi.

Masalahnya, semua studio radio Hoso Kyoku sudah di jaga ketat sejak beberapa hari sebelumnya, tepatnya sehari setelah  Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh Amerika. Jusuf kemudian berunding dengan rekan-rekannya, diantaranya Bachtiar Lubis (kakak dari Sastrawan dan tokoh pers Indonesia Mochtar Lubis) dan Joe Saragih, seorang teknisi radio.

Beruntung, studio siaran luar negeri tidak dijaga. Saat itu juga dengan bantuan Joe, kabel di studio siaran dalam negeri di lepas dan disambungkan ke studio siaran luar negeri. Tepat pukul 19:00 WIB selama kurang lebh 15 menit Jusuf pun membacakan kabar tentang proklamasi di udara, sementara di studio siaran dalam negeri tetap berlangsung siaran seperti biasa untuk mengecoh perhatian tentang Jepang.

Belakangan tentara Jepang mengetahui akal bulus Jusuf dan kawan-kawannya. Mereka pun sempat disiksa. Beruntung mereka selamat. Malam itu pun radio Hoso Kyoku resmi dinyatakan bubar, tetapi dunia saat itu juga sudah mengetahui kabar tentang proklamasi langsung dari mulut Jusuf Ronodipuro. Sayang rekaman suara ini tidak diketahui lagi keberadaannya, atau jangan-jangan sudah tidak ada mengingat malam itu juga radio tersebut ditutup oleh Jepang.

~~~

CIKAL BAKAL RADIO REPUBLIK INDONESIA

Gara-gara luka-luka dipukuli tentara Jepang, Jusuf Ronodipuro berobat ke seorang dokter bernama Abdurrahman Saleh. Mengetahui apa yang baru dilakukan oleh Jusuf, Abdurrahman Saleh kemudian menyarankan agar Jusuf membuat pemancar radio sebagai sarana komunikasi pemerintahan Indonesia yang baru dengan rakyat.

Kabarnya diperlukan waktu tiga hari bagi Jusuf dan kawan-kawannya untuk merakit pemancar itu. Laboratorium milik dokter Abdurrahman Saleh di belakang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, RSCM, pun kemudian dipakai sebagai ruang siaran. Maka berdirilah radio Voice of Indonesia yang siaran 2 jam sehari, satu jam dalam bahasa Indonesia, satu jam dalam Bahasa Inggris.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa untuk masuk ke studio ‘radio gelap’ tersebut harus melewati kamar mayat RSCM yang baunya busuk, sehingga setiap habis siaran bajunya pun tertular bau busuk itu dan harus direndam selama 2 hari untuk menghilangkan baunya.

Tetapi dari ruangan berbau busuk mayat itulah, Voice of Indonesia mengudara dan menjadi media utama untuk mengabarkan perjuangan Indonesia kepada rakyat dan juga ke masyarakat internasional. Bung Karno sendiri pertama kali berpidato di radio tersebut pada tanggal 25 Agustus 1945 sementara 4 hari kemudian Bung Hatta juga mengudara dari studio yang sama.

Voice of Indonesia kemudian menjadi cikal bakal Radio Republik Indonesia. Abdurrahman Saleh adalah direktur RRI yang pertama, dan Jusuf Ronodipuro kemudian dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan slogan “Sekali Di Udara, Tetap Di Udara!”

~~~

MEREKAM PEMBACAAN NASKAH PROKLAMASI

“Proklamasi itu hanya satu kali!” begitu kata Ir. Sukarno dengan nada marah kepada Jusuf Ronodipuro pada suatu hari di awal tahun 1951. Dalam pengakuan kepada salah seorang kerabat dekatnya Louisa Tuhatu, Jusuf Ronodipuro dengan rendah hati mengatakan, kebetulan sekali saat RRI baru saja membeli peralatan baru dan mendadak pula muncul ide di benaknya untuk merekam suara Bung Karno membacakan proklamasi.

Meskipun sempat ‘ciut’ juga dimarahi oleh Sang Pemimpin Besar Revolusi, tetapi Jusuf tetap bersikukuh. “Betul, Bung. Tetapi saat itu rakyat tidak mendengar suara Bung,” bujuknya. Bung Karno pun bersedia merekam suaranya tengah membacakan naskah proklamasi. Ini terjadi hampir 6 tahun setelah proklamasi yang asli dibacakan.

Nah, kebenaran cerita ini sempat menjadi kontroversi tersendiri. Bahkan -bisa ditebak- nama seorang Roy Suryo pun sempat terbawa-bawa disini. Tapi sudahlah. Itu urusan dia hehe.

Toh ada beberapa bukti yang bisa memperkuat kebenaran cerita ini. Kalau anda dengar pembacaan naskah proklamasi, maka akan terdengar kualitas rekaman yang relatif bersih, tidak ada suara-suara latar apapun. Senyap, seolah direkam di studio. Yang ada hanya suara Bung Karno. Padahal diasumsikan saat itu suasana saat proklamasi dibacakan sangatlah ramai. Nada suara Bung Karno pun tidak berapi-api seperti biasanya saat ia berpidato, bahkan ada kesan santai.

Bukti lain diceritakan oleh Louisa Tuhatu, orang terdekat Jusuf Ronodipuro di blognya (silahkan temui tautannya di akhir artikel ini). Anda mungkin tahu bahwa dalam naskah asli proklamasi yang hingga kini masih tersimpan rapi, tercetak tanggal “ hari 17 boelan 8, tahoen 05 “, sesuai penanggalan Jepang yakni tahun 2605 yang sama dengan tahun 1945. Tetapi dalam pembacaan saat rekaman, Bung Karno menyebutkan tahun 1945 dan bukannya tahun 05 atau 2605.

Silahkan bandingkan tanggal pada naskah, dengan tanggal pada rekaman pembacaan naskah proklamasi di bawah ini:
Demikianlah sekelumit catatan sejarah tentang sosok Jusuf Ronodipuro dan bagaimana radio berperan besar pada masa proklamasi kemerdekaan.

Muhammad Jusuf Ronodipuro meninggal pada tanggal 27 Januari 2008 dalam usia 88 tahun. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Berita wafatnya beliau tidak banyak beredar, karena pada hari yang sama banyak media lebih terfokus pada kematian Suharto.

Toh Indonesia akan selalu mengenang beliau sebagai salah seorang yang paling berperan mewartakan kemerdekaan Indonesia kepada seluruh dunia, selain juga berbagai jasa lainnya yang bisa anda baca selengkapnya dalam tautan di bawah ini.

Semoga Allah membalas semua jasamu di alam sana, Pak Jusuf!

Sekali Di Udara, Tetap di Udara!!!